Mimpi, harapan, doa dan hadiah Tuhan.

         Bermimpilah, pantaskan diri, berjalanlah sejalan dengan mimpi tersebut, santai saja, dan terus belajar. @LGebe.


Aku sedikit khawatir sore tadi, gelap dan hujan mulai turun, satu-satu tetesannya menerpa wajah, semakin lama semakin terasa. Kecemasan mulai timbul, jangan-jangan hujan akan semakin deras sebelum aku benar-benar sampai, "pelan-pelan saja", tiba-tiba kakakku mengingatkan, "kita sudah hampir sampai".
Benar, kenapa harus menjadi panik? bukankah hujan adalah anugerah? begitu juga  dengan gelap, gelap hanyalah dimana gradasi warna menyurutkan sinarnya. Resapi saja, hujan itu air, dingin dan basah dalam suasana yang redup.

Begitu juga dalam kehidupan, anugrah yang diberi, meski tampak dan dirasa mengkhawatirkan "apakah kita mampu dalam menjalankaknnya?" "apakah kita telah cukup siap dalam menghadapinya?" sering  bukan pertanyaan seperti itu terlintas dalam benak kita. Jalani, meski akan ada banyak kerikil-kerikil disana-sini, jika memang sudah dituliskan di Laufil mahfudz, semua akan terasa mudah dan menyenangkan, dengan syarat tetap istiqomah. dan adanya penundaan dalam setiap doa terkadang adalah proses dari Tuhan untuk menjadikan kita dalam keadaan siap. Jadi, jangan pernah mengeluhkan mengapa doa kita belum juga terjawab oleh Tuhan, :).

Tahun ini, tepatnya tahun ke-26 Tuhan memberikan hadiah, sebuah paket. Ya, paket yang berisikan mimpi-mimpi, apa yang pernah terbisikkan dalam doa diantara harapan-harapan ku dahulu, mulai terjawab satu-persatu. Benar adanya, ketika Tuhan telah membuka satu pintu, maka pintu-pintu yang lain akan terbuka, kita hanya dituntut untuk mempersiapkan diri, tetap berusaha dan terus berdoa agar setiap langkah yang kita jalani dapat memberi manfaat bagi diri, lingkungan dan juga orang-orang yang kita sayangi.



*sebuah renungan, disore yang gerimis, redup menyusuri jalan pulang.



Komentar

Postingan Populer