Kamu

Pandanganmu lamat-lamat menutupi dinding batu
itu berwarna kelam, paduan bebatuan alam yang diam

tenang katanya,

ini rumahku, atap yang disambungkan langsung ke langit, kau akan percaya bila melihatnya nanti dari atas bukit

sumringah lalu senyumnya.

"mengapa sendiri tiap kali aku kemari" tanyamu mengawali pagi,

Emak dan bapak jarang tinggal di rumah, tiga perempat usia mereka adalah tentang ladang, membentengi wereng
dan binar bahagia diantara kopi merah ranum yang siap dipanen.

Hijau matanya, sehijau subur palawija di kitaran jarinya.

Itulah bahagia mereka.


Lalu aku, adalah bahagia mana kala lesung di pipimu mendalam mengimbangi senyum yang manis itu. Aduhai. Kebahagiaanku.

Komentar

Postingan Populer