renungan pagi

Di sudut langit yang pucat, pagi masih terlalu awal beranjak

diantara sepi dan beku yang masih mengecup, sepi angin mendesau, dingin dan kelu, seperti rengekan bujang yang beranjak besar di rumahku.

aku begitu mencintai hujan pagi ini, menguyupi lereng-lereng yang ku pandangi lekat disebalik tirai beningnya
sambung menyambung menciptakan untaian tasbih --bulir-bulir dari beningnya pinta di balik mata yang sembab--

merenung diantara pikiran yang menakar-nakar kemungkinan

masih terlalu jauh memang dalam bayangku, hari esok akan menyisakan cerita yang seperti apa,
tapi setidaknya biarkan waktu terus mengalir-menjalankan tugasnya-seperti rintik hujan,
hingga berhenti saat tetesan terahirnya selesai membasahi bumi.

Komentar

Postingan Populer