wanita kupu-kupu, wanita setengah peri

Cukup sekali saya mengenalnya dalam hidup, dia wanita kupu-kupu, wanita setengah peri.

Selalu saya berharap, suatu hari kebaikan akan mendekatkan kami, tanpa pernah sekalipun berharap memiliki hubungan, bahkan sapa itu biarkan tanpa nama, tanpa ruang.

Saya tidak pernah mampu menjelaskan yang sebenarnya, hanya selalu di hati tak ingin melukai, sebuah kenaifan diantara logika yang bermain. Maka saya hanya bisa melihatnya di kejauhan, wanita kupu-kupu itu, wanita setengah peri;

Bermain di ruang kebahagiaannya


Tanpa diingin, rasa itu memang pernah hadir dengan sendirinya. Namun selalu saya yakinkan, dalam-dalam di hati saya "ini semua tidak nyata!". Ya, karena saya berharap cukuplah kekasih saya dihati, atau tidak ada sama sekali, meski kecewa di awal acap melibas.

Dan tahukah, saya begitu takut saat bayangan dan rasa itu hadir, bayangannya, bayangan wanita kupu-kupu itu, menjelma di kelopak mata saya, bahkan ketika sedang tertutup sekalipun.

Hingga lalu, pergi dari hati saya, tidak peduli kapan, terasa memang ada yang telah hilang, namun saya tidak mencoba menahannya, hanya ingin memastikan dikemudian waktu. Benarkah sudah tak ada?
seperti awan yang merubah hujan lalu hilang ketika menyentuh bumi. Tak pernah menyisakan sesal. Sedikitpun.

Tiba, saat suatu nyata menusuk, dulu sekali ternyata ada, kisah yang berbeda, menyelinap diantara tumpukan cerita, berbisik di satu hati, saya hanya terdiam, tanpa mampu berkata-kata dan menghakimi. Sudah jalan kita rupanya, kasih. Tanpa dia harus tahu, bukan?

Ya,

"Tapi kenapa harus dia, yang ku panggil wanita kupu-kupu itu, wanita setengah peri?"
saya mencoba mengulang pertanyaan ini, dihadapanmu kasih, pada diri, pada kesadaran saya, sebuah pertanyaan yang memang tanpa ada jawab, dan Tuhan tidak pernah memberi tahu kita;

pada akhirnya hanya saya simpan saja di sudut langit. Menggantung bahkan biar nantinya memudar bersama awan dan hujan.

Lalu, di penghujung, sebuah luka mengiringi sebuah akhir, teramat perih bila dirasa, sebuah pemahaman yang menyempit, dan lagi, sebuah penyesalan;

mengapa harus dia, wanita kupu-kupu itu, ya, wanita setengah peri itu.



Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer