Cinta itu seperti air

Malam terasa panjang
dari pembaringannya;
sang perempuan.

Ia menanti
detik yang tak kunjung habis-habisnya merayapi kaki fajar

seperti perjalanan panjang yang sepi, sunyi yang dibalut gelisah.

Gelisah menjelma jadi kumpulan jarum yang menusuk-nusuk setiap ia teringat satu nama. Satu harapan.

Ia selalu berharap, di jeda-jeda terjaganya ada dering-dering yang membangunkan, dan sapa hangat suara dari seberang, menggoda suaranya yang belum sempurna penuh.

atau baris pesan-pesan singkat yang menemani babak-babak mimpinya.

Sudah sekian waktu suara itu tak sekerap dulu, atau pesan-pesan yang tak lagi deras membanjiri monitor.

Memang seharusnya tak ada yang akan datang bila dinanti, malam tetap saja terasa panjang, tak kunjung usai.

Atau pagi hari tak kan ada lagi yang kan membangunkannya dengan candaan hangat sehangat kopi yang biasa ia dan suara itu nikmati dari tempat yang berbeda diawal putaran hari.


Perempuan itu sadar sepenuhnya,

cinta hanyalah sekumpulan rasa yang bersifat seperti air;

bisa saja membeku dan tersimpan lama di hati, menjadi bagian dari gumpalan yang berdenyut; debar rindu

atau mengalir dan menguap ketika jemarinya coba menggenggam dan menahannya

sehingga yang tersisa hanyalah kering di matanya.

Komentar

Postingan Populer