Risalah hati II
Aku tak bermaksud mengambil sepenuhnya hati miliknya
hanya sedikit, sedikit saja
insan yang kau puja sebagai kekasih dalam diammu
(mungkinkah semuanya tetap jadi rahasia hati?)
aku hanya singgah pada sepetak ruang dihatinya, meminta sejenak waktunya untuk mendengarkan tawa atau sedihku
hari kemarin,
dalam ketiadaan apapun
aku berserah diri pada Tuhanku
bilakah suatu ketika
ia kan menghampirkan cinta itu dalam hari-hariku
secercah cinta mungil
bagai cahaya lentera
yang ingin selalu ku jaga nyalanya dari terpaan angin yang mendera
cahaya yang selalu dinanti
ditiap senja yang sepi
dan pagi yang sunyi,
aku menantinya
sinarnya yang begitu lembut, indah menenangkan
dalam figura yang bisa mata lukis jadi lanskap di dinding hati, maka tersenyumlah hati memandangnya
jangn berusaha kau sentuh
nyalanya, meski kadar cahayanya mungil
ia tetap bisa membakar jemarimu tanpa sengaja
lalu biarkanlah ia bebas mengekpresikan geliat cintanya
memilih siapa sebagai penjaga nyala terang jiwanya.
hanya sedikit, sedikit saja
insan yang kau puja sebagai kekasih dalam diammu
(mungkinkah semuanya tetap jadi rahasia hati?)
aku hanya singgah pada sepetak ruang dihatinya, meminta sejenak waktunya untuk mendengarkan tawa atau sedihku
hari kemarin,
dalam ketiadaan apapun
aku berserah diri pada Tuhanku
bilakah suatu ketika
ia kan menghampirkan cinta itu dalam hari-hariku
secercah cinta mungil
bagai cahaya lentera
yang ingin selalu ku jaga nyalanya dari terpaan angin yang mendera
cahaya yang selalu dinanti
ditiap senja yang sepi
dan pagi yang sunyi,
aku menantinya
sinarnya yang begitu lembut, indah menenangkan
dalam figura yang bisa mata lukis jadi lanskap di dinding hati, maka tersenyumlah hati memandangnya
jangn berusaha kau sentuh
nyalanya, meski kadar cahayanya mungil
ia tetap bisa membakar jemarimu tanpa sengaja
lalu biarkanlah ia bebas mengekpresikan geliat cintanya
memilih siapa sebagai penjaga nyala terang jiwanya.
Komentar
Posting Komentar